Dalam suatu perjalanan hidup, cita-cita terbesar adalah menuju kesempurnaan. Ada kalanya kita mesti berjuang, serta belajar menyingkap segala rahasia kehidupan.
Perjalanan menuju kesempurnaan adalah proses yang menentukan setiap tapak langkah kita. Setiap hembusan nafas, detik jantung, dari siang menuju malam. Semua menuju titik yang sama, kesempurnaan.
Setiap insan mempunyai hak yang sama atas waktu. Tidak ada seorangpun melebihi dari yang lain. Namun tak jarang setiap kita berbeda dalam menentukan sikapnya. Ada yang berjuang untuk melaluinya dengan membunuh waktu. Tidak pula sedikit yang merasakan sempitnya kesempatan yang dia ada.
Apa rahsia terbesar dalam hidup ini? Melewati hari ini dengan penuh makna. Makna tentang cinta, ilmu, dan iman. Dengan cinta hidup menjadi indah. Dengan ilmu hidup menjadi mudah. Dan dengan iman hidup menjadi terarah.
Jean-Francois Champollion dicatat dalam sejarah dunia sebagai orang pertama yang berhasil membaca huruf Mesir kuno yang telah dilupakan ribuan tahun. Ternyata kemampuannya ini didukung oleh pengetahuan bahasa yang telah dikembangkannya sejak kecil ketika berusia 11 tahun, Champollion telah menguasai bahasa Latin, Yunani, dan Ibrani. Dua tahun kemudian ia juga mempelajari bahasa Arab, Syria, Chaldea, dan Koptik.
Di tahun 1822, pada usia 32 tahun, Champollion selesai menterjemahkan batu Rosetta yang menjadi kunci pembacaan naskah Hieroglif Mesir kuno.
Hidup ini merupakan proses pembelajaran menuju lebih baik dan memahami akan cinta yang Allah SWT berikan buat manusia di dunia ini.
Note :
Rahasia terbesar dalam hidup: Melewati hari ini dengan penuh makna. Makna tentang cinta, ilmu, dan iman. Dengan cinta hidup menjadi indah. Dengan ilmu hidup menjadi mudah. Dan dengan iman hidup menjadi terarah.
Sabtu, 06 Februari 2010
MaKna Hati
Hati..merupakan bagian yang paling sensitif yang ada dalam tubuh kita. Pemutus baik dan buruknya apa yang kita lakukan adalah hati. Badan Pertimbangan dalam tubuh kita adalah hati.
Setiap sikap, perilaku, dan tindakan kita pada umumnya didasari oleh 2 hal, yaitu :
1. Akal, pikiran (logika)
2. Hati (intuisi)
Dalam kenyataanya ;
Ada orang yang bersikap dengan akal (logika) tetapi tanpa hati bisa dikatakan profesional atau bisa juga orang tersebut dikatakan orang keji/kejam.
Ada juga orang yang bersikap dengan hati tetapi tanpa akal bisa dikatakan orang tersebut primitif dan bodoh.
Namun.. pada dasarnya setiap manusia dalam bersikap tidak bisa lepas dari akal dan hati. Hanya kadar kekuatan dari dua hal tersebutlah yang membedakan orang tersebut lebih condong kemana dalam bersikap, apakah banyak menggunakan pertimbangan akal (logika) atau banyak menggunakan pertimbangan hatinya.
Manusia yang baik adalah manusia yang apabila bersikap menggunakan Akal (logika) dan Hati sebagai pertimbangannya. Apa yang kita perbuat dicerna terlebih dahulu oleh akal pikiran, apakah bisa dilakukan atau tidak, apakah pantas dilakukan atau tidak, apakah kita mampu melakukan hal tersebut atau tidak, sesudah ada keputusan dari akal kemudian dicerna lagi oleh hati(intuisi) apakah yang akan kita perbuat layak kita lakukan, apakah tidak bertentangan dengan agama kita, dengan norma kita, dengan adat kita, merugikan engga buat orang lain.
kalau hal itu dilakukan insyaAllah apa yang kita perbuat selalu dijalan kebenaran.
Setiap sikap, perilaku, dan tindakan kita pada umumnya didasari oleh 2 hal, yaitu :
1. Akal, pikiran (logika)
2. Hati (intuisi)
Dalam kenyataanya ;
Ada orang yang bersikap dengan akal (logika) tetapi tanpa hati bisa dikatakan profesional atau bisa juga orang tersebut dikatakan orang keji/kejam.
Ada juga orang yang bersikap dengan hati tetapi tanpa akal bisa dikatakan orang tersebut primitif dan bodoh.
Namun.. pada dasarnya setiap manusia dalam bersikap tidak bisa lepas dari akal dan hati. Hanya kadar kekuatan dari dua hal tersebutlah yang membedakan orang tersebut lebih condong kemana dalam bersikap, apakah banyak menggunakan pertimbangan akal (logika) atau banyak menggunakan pertimbangan hatinya.
Manusia yang baik adalah manusia yang apabila bersikap menggunakan Akal (logika) dan Hati sebagai pertimbangannya. Apa yang kita perbuat dicerna terlebih dahulu oleh akal pikiran, apakah bisa dilakukan atau tidak, apakah pantas dilakukan atau tidak, apakah kita mampu melakukan hal tersebut atau tidak, sesudah ada keputusan dari akal kemudian dicerna lagi oleh hati(intuisi) apakah yang akan kita perbuat layak kita lakukan, apakah tidak bertentangan dengan agama kita, dengan norma kita, dengan adat kita, merugikan engga buat orang lain.
kalau hal itu dilakukan insyaAllah apa yang kita perbuat selalu dijalan kebenaran.
Langganan:
Komentar (Atom)
